A. Gejala
yang Ditunjukkan Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Gejala-gejala
yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk.
Ia dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil
belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung,
hiperaktif, sering membolos.
Menurunnya
hasil belajar merupakan gejala kesulitan belajar yang paling jelas. Menurunnya
hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di
kelas maupun pekerjaan rumah dan menurunnya hasil ulangan harian/post test yang
ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah. Nilai-nilai rendah yang
dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.[1]
Selain
itu, beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya:
1. Menunjukkan
prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2. Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya
dalam segala hal.
4. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan
lain-lain.
5. Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan.[2]
Selain
hal di atas, gejala kesulitan belajar juga terlihat pada anak didik yang
tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih
prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi
belajar yang rendah. Demikian pula anak didik yang selalu menunjukkan prestasi
belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu
prestasi belajarnya menurun drastis.[3]
B. Mengenali
Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Anak
didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diamati dari sikap serta tingkah
lakunya, jika ia menunjukkan gejala-gejala yang nampak seperti tersebut di
atas, maka kemungkinan anak didik tersebut mengalami kesulitan belajar. Dalam
hal ini seorang pendidiklah yang diharapkan mampu mengenali gejala-gejala yang
ditunjukkan oleh anak didiknya. Selain dengan mengenali gejala-gejala di atas,
kesulitan belajar pada anak didik juga dapat dikenali dengan melakukan
penyelidikan dengan cara:[4]
a. Observasi
Observasi
adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang
tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan
tujuan pendidikan.
b. Interview
Interview
adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang
yang diselidiki atau terhadap orang lain –guru, orang tua, atau teman intim anak-
yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. Interview
sebagai pendukung yang akurat dari kegiatan observasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan,
arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki.
Teknik ini dimaksudkan agar kita dapat menyelidiki faktor penyebab anak didik
mengalami kesulitan belajar. Dokumen yang perlu dicari berhubungan dengan anak
didik ialah:
Ø Riwayat
hidup anak didik
Ø Prestasi
anak didik
Ø Kumpulan
ulangan
Ø Catatan
kesehatan anak didik
Ø Buku
rapor anak didik
Ø Buku
catatan untuk semua mata pelajaran, serta
Ø Buku
pribadi anak didik (cumulative record), yang biasanya ada pada petugas
bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
d. Tes
Diagnostik
Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak
didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memrlukan
sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan
bagi anak didik. Sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan
pelajaran yang akan diberikan guru, dapat diketahui dengan tes diagnostik.
C. Upaya
Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Didik
Secara
garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan
belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1. Pengumpulan
Data
Untuk
menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk
memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang
bermasalah. Baik teknik observasi dan interview maupun dokumentasi, dapat
dipakai untuk mengumpulkan data, ketiganya saling melengkapi dalam rangka
keakuratan data. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan data
bisa melalui kegiatan berikut:
a. Kunjungan
rumah.
b. Case
Study.
c. Case
history.
d. Daftar
Pribadi.
e. Meneliti
pekerjaan anak.
f. Meneliti
tugas kelompok.
g. Melaksanakan
tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.
2. Pengolahan
Data
Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.
Identifikasi kasus
b.
Membandingkan antarkasus
c.
Membandingkan dengan hasil tes
d.
Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis
adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis
dapat berupa hal-hal berikut:
a.
Keputusan mengenai jenis kesulitan
belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan
anak didik.
b.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang
ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
c.
Keputusan mengenai faktor utama yang
menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
Untuk
mendapatkan hasil diagnosis yang meyakinkan, sebaiknya minta bantuan tenaga
ahli dalam bidang keahian mereka masing-masing, yaitu:
a.
Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
b.
Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ
anak.
c.
Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan
anak.
d.
Sosiolog, untuk mengetahui kelainan
sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e.
Guru kelas, untuk mengetahui
perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f.
Orang tua anak, untuk mengetahui
kebiasaan anak di rumah.
4. Prognosis
Keputusan
yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar kegiatan prognosis. Dalam
prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai
bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari
kesulitan belajar.
5. Treatment
Treatment
adalah perlakuan. Perlakuan yang dimaksud disini adalah pemberian bantuan
kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang
telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkn dapat
diberikan ialah:
a.
Melalui bimbingan belajar individual.
b.
Melalui bimbingan belajar kelompok.
c.
Melalui remedial teaching untuk mata
pelajaran tertentu.
d.
Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e.
Pemberian bimbingan pribadi untuk
mengatasi masalah-masalah psikologis.
f.
Pemberian bimbingan mengenai cara
belajar yang baik secara umum.
g.
Pemberian bimbingan mengenai cara
belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi
disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan telah
berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari
lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Bila jawaban anak
terhadap soal yang diberikan pada tahap treatment sebagian besar banyak yang
salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu pengecekan
kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu. Dalam
rangka pengecekan kembali atas kegagala treatment, secara teoritis
langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a.
Re-Checking data (baik yang berhubungan
dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data).
b.
Re-diagnosis.
c.
Re-prognosis.
d.
Re-treatment.
e.
Re-evaluasi. [5]
Selain
melalui tahap-tahap di atas, cara mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi
siswa juga harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis dan remedies yaitu
melalui proses pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan
diakhiri dengan mengadakan remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan
belajar siswa benar dapat diatasi. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah melalui
langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifikasi
Adanya Kesulitan Belajar
Pada
langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi/menetapkan adanya kesulitan
belajar pada diri siswa. Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar
harus didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman. Sebagai pedoman untuk
menetapkan adanya kesulitan belajar guru dapat menggunakan hasil-hasil post
test dan catatan perilaku siswa yang menyimpang selama 2 atau 3 kali pertemuan.
2. Menelaah/Menetapkan
Status Siswa
Setelah
guru mengidentifikasi dan memperoleh kepastian tentang siapa-siapa saja yang
mengalami kesulitan dalam belajar, maka pada langkah kedua ini guru menelaah
atau memriksa setiap siswa yang dimaksudkan pada langkah ini ialah untuk
menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa.
Untuk memastikan jenis atau bentuk kesulitan masing-masing dapat dilakukan
dengan dua cara: Pertama, dengan membandingkan hasil pencapaian/penguasaan TIK
(Tujuan Instruksional Khusus) hasil belajar siswa dengan TIK yang ditargetkan
untuk dicapai oleh siswa. Kedua, dilakukan dengan menetapkan bentuk kesulitan
mereka dalam proses belajarnya.
3. Memperkirakan
Sebab Terjadinya Kesulitan
Upaya
yang dapat dilakukan guru untuk menetapkan sebab kesulitan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat diagnostik kesulitan belajar. Alat tersebut
dapat berupa test diagnostik dan test-test untuk mengukur kemampuan
inteligensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera dan sebagainya yang
erat kaitannya dengan proses belajar.
4. Mengadakan
Perbaikan
Strategi
pelaksanaan yang ditempuh guru dalam mengadakan perbaikan ini harus dilakukan
dengan melalui pendekatan psikologis didaktis, yaitu: Pertama, siswa yang akan
diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan/kekurangan mereka; kedua, mereka
yakin kesulitan/kekurangan mereka dapat diatasi; ketiga, siswa dibimbing untuk
mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi kesulitan yang mereka
alami.[6]
Dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya untuk mengatasi
masalah belajar pada anak terlebih dahulu kita mengamati kesulitan apa yang dihadapinya,
kemudian memberikan solusi untuk masalahnya dengan memberikan latihan-latihan
dan sejenisnya untuk mengukur kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.. 89.
[2]
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991), h. 89.
[3]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.
247.
[4]
Ibid., h. 247-249.
[5]
Ibid., h. 250-255.
[6]
Alisuf Sabri, Op. Cit., h. 90-93.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar