PENGARUH JARAK TANAM DAN PEMBERIAN AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN
NANAS (Ananas Comosus (L) Merr) DI ANTARA TANAMAN SAWIT DI
LAHAN GAMBUT
Wikastian Ade Saputra,
Adiwirman, Amrul Khoiri
Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau
ABSTRACT
Jumlah
tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang
tinggi. Jumlah tanaman persatuan luas tergantung kepada varietas, umur,
kesuburan tanah dan keadaan air. Melalui pengaturan jarak tanam yang tepat
tingkat persaingan antar tanaman nanas dapat ditekan serendah mungkin. Penggunaan
zat pengatur tumbuh (ZPT) diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman nanas.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
jarak tanam dan pemberian hormon auksin terhadap pertumbuhan nanas di antara
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pada lahan gambut.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (dengan 2 Faktor dan 3 Ulangan). Adapun faktor
pertamanya adalah perlakuan jarak tanam, dan untuk faktor keduanya adalah
penggunaan hormon auksin. kemudian dilanjutkan dengan uji nilai tengah HDS (Tukey's Studentized Range) dengan taraf
5%. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, berat basah
tanaman, berat kering tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi perlakuan jarak tanam dan
pemberian hormon auksin memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah
daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lain.
Untuk faktor jarak tanam memberikan pengaruh yang tidak nyata pada setiap
parameter. Sedangkan untuk faktor pemberian hormon auksin hanya parameter
jumlah daun, berat basah dan berat kering yang memberikan pengaruh yang nyata.
Kata Kunci : Ananas
Comosus (L) Merr, Jarak Tanam, Hormon Auksin
PENDAHULUAN
Tanaman
Nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang terus dikembangkan di Indonesia. Nanas
mempunyai nilai ekonomi penting, selain dapat dikonsumsi sebagai buah segar
juga dapat diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah
dalam sirup, buah kalengan dan sebagainya (Soedarya, 2009).
Upaya untuk
meningkatkan produksi nanas dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan gambut areal
perkebunan kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM). Diantara tanaman kelapa
sawit yang masih belum menghasilkan tersebut dapat ditanami nanas sampai
tanaman kelapa sawit tersebut mulai menghasilkan (TM). Luas areal perkebunan kelapa
sawit di Riau pada tahun 2010 adalah 1.925.341 ha, dengan rincian tanaman belum
menghasilkan (TBM) 453.733 ha. Dari data luas perkebunan kelapa sawit yang
belum menghasilkan (TBM) tersebut terbuka peluang yang cukup besar untuk meningkatkan
produksi tanaman sela diantara tanaman kelapa sawit (Dinas Perkebunan Provinsi
Riau, 2010).
Penanaman tanaman sela diantara tanaman kelapa sawit
berarti di dalam satu areal lahan usaha tani diusahakan dua tanaman atau lebih sehingga
produk yang dihasilkan berasal dari beberapa tanaman yang masing-masing produknya
mempunyai kontribusi terhadap pendapatan usaha tani (Pajouw dan Maliangkay,
1991). Apabila harga salah satu produk tanaman mengalami penurunan maka pendapatan
usaha tani dapat dikompensasi oleh produk lainnya dan sebaliknya, sehingga terciptanya
ketahanan pendapatan petani yang lebih stabil. Disamping itu resiko usaha tani menjadi
lebih kecil (Magat, 1999).
Untuk memanfaatkan lahan di antara kelapa
sawit, harus perlu mengatur jarak tanam yang menunjang pertumbuhan kedua
tanaman. Menurut Harjadi (1999)
jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya serta
mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara,
dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Kerapatan tanam harus diatur dengan
jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah
memeliharanya dan mengurangi biaya persaingan. Menurut Dawud (2010) pada penelitian tanaman nanas penggunaan
jarak tanam 50 cm x 30 cm menunjukkan hasil yang lebih baik dengan
produktivitas 100-120 ton/ha dibandingkan dengan penggunaan jarak tanam 60 cm x
30 cm dimana produktivitasnya hanya mencapai 90-100 ton/ha.
Pada
penelitian tanaman jagung menggunakan jarak tanam 60 cm x 25 cm menghasilkan
produksi 9.48 ton/ha, lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm
dengan menghasilkan 7.61 ton/ha (Tobing dan Tampubolon, 1993). Penggunakan jarak
tanam yang tepat akan meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini berhubungan
dengan luas jarak tanam dan kepadatan populasi per hektarnya. Semakin kecil
luas jarak tanam maka akan dapat meningkatkan populasi per hektarnya sehingga
produktivitas dapat ditingkatkan.
Selain itu
penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) juga perlu digunakan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman nanas (Anonim, 2008). Zat pengatur tumbuh tanaman
adalah senyawa organik yang bukan hara, yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan dalam
jumlah yang banyak akan menghambat bahkan dapat merubah proses fisiologis
tumbuhan. Salah satu zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan dalam budidaya
adalah auksin. Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh
terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem, pembentukan
bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Dwidjoseputro,
1994).
Menurut
Dawud (2010) penggunaan hormon auksin pada tanaman nanas pada waktu umur dua
bulan dengan perlakuan konsentrasi 100 ppm menunjukkan hasil yang tinggi terhadap
daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun dibandingkan
dengan kontrol (tanpa perlakuan auksin) dan perlakuan konsentrasi 200, 300 dan
400 ppm.
Berdasarkan
dari uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Auksin
Terhadap Pertumbuhan Nenas di Antara Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut”.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh jarak tanam dan pemberian hormon auksin serta interaksi terhadap pertumbuhan
nanas di antara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pada lahan gambut.
BAHAN DAN
METODE
Tempat dan
Waktu
Penelitian
ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau,
Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dari bulan Juli
sampai November 2013.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanaman nanas, Varietas Queen yang diambil dari bagian
tunas buah dengan ukuran 15-20 cm. auksin (Growtone) yang mengandung
1-naftalenasetamida (0,20%), 2-metil-1-naftalen asetat (0,03%), indol-3-butirat
(0,06%), dan Thiram (4%). Naftalenasetamida adalah komponen penyusun NAA dan
Indole-butirat adalah komponen penyusun IBA. Dithane M-45, Gramoxone 276 SL dan Ally Plus 77 WP. Alat yang
digunakan adalah mesin rumput, cangkul, sabit, garpu, tugal, ember, sprayer,
gunting, gembor, timbangan digital, alat ukur, tali plastik, seedingnet, kamera
dan alat tulis.
Metode Penelitian
Percobaan ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor, yaitu :
Faktor 1 :
Perlakuan jarak tanam, terdiri dari:
J1 = Jarak tanam 50 cm x 20 cm
J2 = Jarak tanam 50 cm x 30 cm
J3 = Jarak tanam 50 cm x 40 cm
Faktor 2 :
Penggunaan Hormon auksin, terdiri dari:
A0 = tanpa pemberian auksin
(growtone)
A1 = pemberian hormon (growtone) 50
ppm (50 mg/liter)
A2 = pemberian hormon (growtone)
100 ppm (100 mg/liter)
A3 = pemberian hormon (growtone)
150 ppm (150 mg/liter)
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga
diperoleh 36 plot percobaan dimana tiap plot terdiri dari 9 tanaman dan dipilih
2 tanaman sebagai sampel (Lampiran 1). Data yang diperoleh diolah dengan sidik
ragam kemudian dilanjutkan dengan uji nilai tengah HSD (Honestly Significant
Difference) dengan taraf 5%.
Pengamatan
Pertambahan tinggi
tanaman (cm), Pertambahan jumlah daun tanaman (helai), pertambahan panjang daun
tanaman (cm), pertambana lebar daun tanaman (cm), berat basah tanaman (g) dan
berat kering tanaman (g).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan
Tinggi Tanaman (cm)
Jarak tanam dan pemberian auksin tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 2a). Interaksi antara jarak
tanam dan pemberian auksin juga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
(Lampiran 2a dan Tabel 1).
Tabel 1. Pertambahan tinggi tanaman nanas pada perlakuan jarak tanam dan pemberian auksin (cm)
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
6,03
|
7,66
|
7,98
|
7,33
|
7,25
|
50 cm x 30 cm
|
5,13
|
6,81
|
11,00
|
8,16
|
7,79
|
50 cm x 40 cm
|
6,68
|
7,58
|
8,53
|
6,21
|
7,25
|
Rerata
|
5,95
|
7,35
|
9,17
|
7,23
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%.
Pertambahan
Jumlah Daun (helai)
Jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun (Lampiran 2b). Pemberian auksin berpengaruh nyata
terhadap pertambahan jumlah daun. Semakin tinggi konsentrasi auksin, sampai 100 ppm, jumlah daun semakin meningkat, namun menurun pada
konsentrasi 150 ppm (Lampiran 2b dan Tabel 2). Interaksi
antara jarak tanam dan pemberian auksin berpengaruh nyata terhadap pertambahan
jumlah daun. Hasil tertinggi terdapat pada jarak tanam 50 cm x 30 cm dengan pemberian auksin 100 ppm dan yang
terendah terdapat pada perlakuan jarak tanam 50
cm x 30 cm dengan tanpa pemberian hormon auksin (Lampiran 2b dan Tabel 2).
Tabel 2. Pertambahan jumlah daun tanaman nanas pada perlakuan jarak tanam
dan auksin (helai)
|
|||||
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
5,16bc
|
6,16ab
|
5,00bc
|
6,50ab
|
5,71a
|
50 cm x 30 cm
|
4,00c
|
5,50bc
|
7,73a
|
6,00ab
|
5,81a
|
50 cm x 40 cm
|
5,50bc
|
5,83b
|
6,00ab
|
5,83b
|
5,79a
|
Rerata
|
4,89b
|
5,83ab
|
6,24a
|
6,11a
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%
Pertambahan
Panjang Daun (cm)
Jarak tanam dan pemberian auksin tidak
berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun (Lampiran 2c). Interaksi
antara jarak tanam dan pemberian auksin juga tidak berpengaruh nyata terhadap
pertambahan panjang daun (Lampiran 2c dan Tabel 3).
Tabel 3. Pertambahan panjang daun tanaman nanas pada perlakuan jarak
tanam dan pemberian auksin (cm)
|
|||||
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
4,90
|
6,08
|
6,45
|
5,95
|
5,85
|
50 cm x 30 cm
|
5,76
|
6,10
|
10,06
|
7,13
|
7,26
|
50 cm x 40 cm
|
5,75
|
7,03
|
7,25
|
6,23
|
6,57
|
Rerata
|
5,47
|
6,40
|
7,92
|
6,44
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%
Pertambahan Lebar
Daun (cm)
Jarak tanam dan pemberian auksin tidak
berpengaruh nyata terhadap pertambahan lebar daun (Lampiran 2d). Interaksi
antara jarak tanam dan pemberian auksin juga tidak berpengaruh nyata terhadap
pertambahan lebar daun (Lampiran 2d dan Tabel 4).
Tabel 4. Pertambahan lebar daun tanaman nanas pada perlakuan jarak tanam
dan pemberian auksin
|
|||||
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
0,63
|
0,66
|
0,58
|
0,63
|
0,62a
|
50 cm x 30 cm
|
0,50
|
0,55
|
0,63
|
0,41
|
0,52a
|
50 cm x 40 cm
|
0,58
|
0,41
|
0,40
|
0,42
|
0,45a
|
Rerata
|
0,57a
|
0,54a
|
0,54a
|
0,49a
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%
Berat Basah
Tanaman (g)
Jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman (Lampiran 2e).
Pemberian auksin berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman. Semakin
tinggi konsentrasi auksin, sampai 100 ppm, berat basah semakin meningkat, namun
menurun pada konsentrasi 150 ppm (Lampiran 2e dan Tabel 5).
Interaksi antara jarak tanam dan pemberian auksin juga tidak berpengaruh nyata
terhadap berat basah tanaman (Lampiran 2e dan Tabel 5).
Tabel 5. Berat basah tanaman nanas pada perlakuan jarak tanam dan
pemberian auksin (g)
|
|||||
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
118,85b
|
143,98ab
|
176,02ab
|
156,14ab
|
148,75a
|
50 cm x 30 cm
|
123,80b
|
157,99ab
|
191,61a
|
142,67ab
|
154,01a
|
50 cm x 40 cm
|
153,34ab
|
144,71ab
|
195,42a
|
127,10b
|
155,14a
|
Rerata
|
132,00b
|
148,89b
|
187,68a
|
141,97b
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%
Berat Kering
Tanaman (g)
Jarak tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap berat kering tanaman (Lampiran 2f). Pemberian auksin berpengaruh nyata
terhadap berat kering tanaman. Semakin tinggi konsentrasi auksin, sampai 100 ppm,
berat kering semakin meningkat, namun menurun pada konsentrasi 150 ppm
(Lampiran 2f dan Tabel 6). Interaksi antara jarak tanam dan
pemberian auksin juga tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman
(Lampiran 2f dan Tabel 6).
Tabel 6. Rerata berat kering tanaman nanas pada perlakuan jarak tanam dan
pemberian auksin.
|
|||||
Jarak Tanam
|
Auksin (ppm)
|
Rerata
|
|||
0
|
50
|
100
|
150
|
||
50 cm x 20 cm
|
52,04c
|
69,29abc
|
71,76abc
|
71,36abc
|
66,11a
|
50 cm x 30 cm
|
55,80c
|
57,41bc
|
90,46a
|
60,68abc
|
66,09a
|
50 cm x 40 cm
|
61,05abc
|
59,96bc
|
87,26ab
|
61,78abc
|
67,51a
|
Rerata
|
56,29b
|
62,22b
|
83,16a
|
64,60b
|
|
Keterangan:
Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
menurut uji HSD pada taraf 5%
Pembahasan
Interaksi antara kedua perlakuan
memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Pertambahan jumlah
daun tertinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam 50
cm x 30 cm dengan pemberian auksin 100 ppm (Tabel 2). Hal ini disebabkan perlakuan
jarak tanam 50 cm x 30 cm dan
pemberian auksin 100 ppm menunjukkan pertumbuhan yang optimal. Menurut Dawud (2010) pada penelitian tanaman nanas penggunaan jarak
tanam 50 cm x 30 cm menunjukkaan hasil pertumbuhan tanaman nanas yang lebih baik.
Interaksi
perlakuan jarak tanam dan pemberian auksin memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan panjang daun, pertambahan
lebar daun, berat basah dan berat kering tanaman (Tabel 1, 3, 4, 5 dan Tabel
6). Hal
ini disebabkan perlakuan jarak tanam dan pemberian auksin menunjukkan
pertumbuhan yang belum optimal. Menurut Heddy (1986) pemberian auksin pada
konsentrasi yang tepat dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi optimum akan
menghambat tinggi tanaman, lebar daun dan panjang akar tanaman.
Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan
lebar daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman (Tabel 1, 2, 3, 4, 5
dan Tabel 6). Hal ini menunjukkan belum terjadinya persaingan dalam
memanfaatkan ruang tumbuh terutama cahaya, sehingga jarak tanam yang lebih
rapat 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
relatif sama dengan jarak tanam yang lebih besar 50 cm x 40 cm. Menurut
Tobing dan Tampubolon (1993) pengaturan
jarak tanam yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang optimal karena mampu memanfaatkan ruang tumbuh
seperti sinar matahari mengenai seluruh bagian tanaman dengan
lebih baik dan
juga memungkinkan tanaman untuk menyerap unsur hara secara maksimal.
Pemberian auksin berpengaruh nyata
terhadap prtambahan jumlah daun tanaman, berat basah dan berat kering tanaman
(Tabel 2, 5 dan Tabel 6). Hal ini disebabkan pemberian
auksin merangsang pertumbuhan tunas, pembentukan akar dan pembentukan daun
sehingga akan mempengaruhi jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.
Menurut Lakitan (1996) pemberian zat
pengatur tumbuh IBA dapat
mempengaruhi pembentukan akar termasuk jumlah akar, panjang akar, pembentukan
tunas dan pertambahan jumlah daun. Dengan meningkatnya jumlah akar, panjang
akar dan daun tanaman akan terjadi peningkatan berat basah, sehingga bobot
kering tanaman juga meningkat.
Berat basah tanaman berkorelasi positif
terhadap pertambahan tinggi tanaman (r=0,367), pertambahan jumlah daun
(r=0,337) dan pertambahan panjang daun (r=0,383) (Lampiran 3). Hal ini berarti
bahwa semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun dan semakin panjang
daun maka berat basah tanaman semakin meningkat. Berat kering tanaman
berkorelasi positif terhadap pertambahan jumlah daun tanaman (r=0,344)
(Lampiran 3). Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah daun akan
meningkatkan berat kering tanaman.
Pemberian auksin tidak berpengaruh nyata
terhadap pertambahan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun tanaman (Tabel
1, 3 dan Tabel 4). Hal ini disebabkan auksin tidak menyebar kebagian lain.
Menurt kusumo (1984) hormon IBA mempunyai mobilitas yang rendah sehingga hormon
IBA yang diberikan tidak menyebar kebagian lain, tetap pada tempat yang diberikan
sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain dari tanaman. Menurut Danu
(1993) faktor-faktor yang diduga lebih mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman,
panjang daun dan lebar daun pada stek adalah suhu yang optimum, kandungan
kabohidrat dan pengambilan stek pada massa istirahat.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Interaksi jarak tanam dengan
pemberian hormon auksin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun tetapi
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lain.
2.
Faktor jarak tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
3.
Faktor pemberian hormon
auksin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat basah dan berat kering
tanaman nanas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lain.
4.
Perlakuan jarak tanam 50 cm x 30 cm dengan pemberian auksin 100 ppm di antara
tanaman kelapa sawit menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan parameter lain.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, maka disarankan budidaya nanas di antara tanaman kelapa sawit
menggunakan jarak tanam 50 cm x 30 cm dan pemberian hormon
auksin 100 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F.
2008. Lahan Gambut: Potensi untuk
Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World
Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor. Indonesia.
Alrasyid,
H dan A. Widiarti.1990. Pengaruh
Penggunaan Hormon IBA terhadap persentase hidup stek Mahoni. Buletin
Penelitian Hutan No.523. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Anonim. 2008.
Tingkat Produksi ala Madagaskar. http://trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=vi. Diakses 17 April 2013.
Ashari,
S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.
UI Press. Jakarta.
Collins,
J. L. 1968. Pineapple Botany,
Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London.
Chotimah,
H.E.N.C. 2002. Pemanfaatan lahan gambut
untuk tanaman pertanian.
Danu.
1993. Pengaruh bahan stek dan zat
pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek sungkai. Balai Teknologi
Perbenihan. Departemen Kehutanan. Bogor.
Dawud,
A. 2010. Pengaruh Dosis Auksin Terhadap
Pertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas Comosus). Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah.
Dinas
Perkebunan Provinsi Riau. 2010. Statistik Perkebunan Provinsi Riau. Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Pekanbaru.
Dwidjoseputro,
D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
PT. Gramedia Pustaka Uta-ma. Jakarta.
Effendi,
S. 1995. Bercocok Tanam Jagung. Yasaguna.
Jakarta.
Gardner,
F.P.; Pearce, R.B. dan Mitchell, R.L., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Jilid 1, Penerjemah Herawati Susilo, UI
Press, Jakarta.
Hardjowigeno S. 1993. Sifat-Sifat
dan Potensi Tanah Gambut Sumatra Untuk Pengembangan Pertanian. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Harjadi,
S. S. 1999. Pengantar Agronomi. Gramedia,
Jakarta.
Heddy,
S.1986. Hormon Tumbuhan. Penerbit
CV. Raja wali. Jakarta.
Hutabarat,
R. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman
Nanas. PT. Atalya Rileni Sudeco.
Jakarta.
Kapisa,
N dan E. Sapulete. 1994. Percobaan stek
pucuk Anisoptera magistocarpa.
Buletin Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.
Kusumo,
S.1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.
Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tanaman. Rajawali press. Jakarta.
Magat, S.S. 1999. Production
management of coconut. Agricultural Research and Development Branch. Philippine
Coconut Authority.
Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra. 2005. Panduan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan. Proyek Climate
Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International Indonesia Programme dan Wildlife Habitat
Canada. Bogor. Indonesia.
Nakasone,
H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical
Fruits. CAB International. New York.
Pajouw, S.K., dan R.B. Maliangkay. 1991. Nilai tambah tanaman sela panili di antara
kelapa. (Studi kasus di Kecamatan Tombatu. Buletin Balitka No. 14 : 33-37.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1,
Penerjemah D.R Lukman dan Sumaryono, Penerbit ITB, Bandung.
Siagian,
Y.T. 1992. Pengaruh Hormon In dole
3-Butyric Acid (IBA) terhadap persentase jadi stek batang Gmelina arborea LINN.
Buletin Penelitian Hutan No.546. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Bogor. P. 55-60
Soedarya,
A P. 2009. Budidaya Usaha Pengolahan
Agribisnis Nenas. Pustaka Grafika: Bandung.
Sugiyanta dan
Muliasari. 2010. Optimasi Jarak Tanamdan
Umur Bibit Pada Padi Sawah (OryzasativaL.).
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
handle/ 123456789/35906/Makalah%20seminar%20ade%20astri%20Muliasari%20A24051850.pdf?
sequence=1. Diakses
29 Nopember 2013.
Subagyo, Marsoedi dan Karama, S. 1996. Prospek Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian. Seminar
Pengembangan Teknologi Berwawasan Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut,
26 September 1996. Bogor.
Sunarjono, H. 2006.
Berkebun 21 jenis Tanaman Buah. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Tobing.
M.P.L., B.O.P. Tampubolon. 1983. Bercocok
Tanam Umum Tanaman Pangan/Sela. Fakultas Sumatera Utara, Medan.
Verheij,
E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr.
Dalam : Verheij, E. W. M. dan
R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tenggara 2. Buah - buahan
yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.
Wattimena,
G. K. 1987. Zat Pengatur tumbuh tanaman. Institut
Pertanian Bogor.
Widjaya A, W. H. Thomas dan L. Prabaningrum. 1995. Teknologi Produksi Cabai Merah. Balitsa
Lembang.
Wudianto,R.
1993. Membuat Stek, cangkok dan Okulasi.
Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yasman,
I dan W. T. M. Smits. 1988. Metode
Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Balai
Penelitian Kehutanan. Samarinda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar